Perkuat Fisioterapi Komunitas, Prodi Pendidikan Profesi Fisioterapis Kaji Peran Komunitas pada Anak Berkebutuhan Khusus

Senin, 10 Oktober 2022 05:00 WIB   Profesi Fisioterapis

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan diperlukan terobosan pelayanan yang menjangkau sasaran yang lebih luas. Jika saat ini target pelayanan adalah individu pasien, maka kedepan layanan berbasis kelompok atau komunitas akan menjadi pesona dan kebutuhan tersendiri. Komunitas pada target pelayanan fisioterapi tak hanya berkaitan pekerjaan dan olahraga saja tapi juga dapat menyentuh anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 menyebutkan bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia yang terdata telah mencapai sebanyak 3 juta orang. Tingginya angkat tersebut perlu dibarengi dengan pelayanan fisioterapi yang memadai, untuk itu Prodi Pendidikan Profesi Fisioterapis, Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengundang Fisio Nugraheni Agustyaningsih, SST.Ft., Ftr., M.Si selaku Senior Fisioterapist YPAC Surakarta untuk mengkaji lebih lanjut mengenai hal ini bersama mahasiswa profesi fisioterapis, FIKes, UMM.

Ia menyebut peran fisioterapi di Komunitas Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat mengacu pada Permenkes 65 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi, PMK/Permenkes Nomor 43 tentang Puskesmas tahun 2019, dan peraturan menteri sosial Republik Indonesia nomor 7 tahun 2017 tentang standar hablitasi dan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas.

Fisio Nugraheni pun menyampaikan bahwa layanan fisioterapis komunitas pada anak berkebutuhan khusus perlu menggunakan pendekatan proaktif “Kita tidak menunggu masalah datang, tetapi menacari problem permasalahan pada Kesehatan ABK di masyarakat, Fisioterapis perlu turun di lapangan/masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah dan melakukan tindakan” tegasnya.

Dalam presentasinya yang bertema “Pendekatan Komprehensif Fisioterapi Komunitas Pada ABK” tersebut, Fisio Nugraheni juga menambahkan bahwa fisioterapis harus melihat bahwa klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan holistik “Terjadinya penyakit itu tidak semata-mata karena tergangguanya system biologis, tetapi aspek biopsikososial juga penting” tandasnya.

Shared: