Mahasiswa Program Profesi Fisioterapi dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang sedang menjalani praktik di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta berkesempatan memperluas pengalaman mereka dalam Fisioterapi Pediatri. Yayasan yang didirikan oleh Prof. Dr. Soeharso ini berfokus pada pemberian layanan pendidikan dan rehabilitasi bagi anak-anak disabilitas secara sosial nirlaba. Selama praktik ini, mahasiswa UMM tidak hanya belajar secara teknis, tetapi juga melakukan kolaborasi interdisipliner dengan profesional terapi fisik lainnya, seperti Okupasi Terapi (OT) dan Terapi Wicara (TW), untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah gerak pada pasien atau klien.
Pengalaman praktik di YPAC mempertemukan mahasiswa UMM dengan rekan-rekan dari University of Alberta Corbett Hall, Kanada. Mahasiswa dari kedua universitas tersebut bekerja bersama untuk mengatasi tantangan postural di Sekolah Luar Biasa (SLB) YPAC Surakarta. Salah satu topik utama yang dibahas adalah “Placement Pediatrics: School-Based Recommendations YPAC,” yang mengangkat rekomendasi mengenai posisi duduk anak-anak saat belajar. 
Pada sesi ini, mahasiswa menggali kebutuhan khusus setiap ABK dalam menghadapi tantangan posisi dan lingkungan belajar yang kondusif. Mengingat karakteristik ABK yang sangat bervariasi seperti visual learners, auditory learners, dan kinesthetic learners, sehingga perlu ada desain tempat duduk yang tidak hanya aman secara postur, tetapi juga mendukung partisipasi aktif dalam proses belajar. Desain kursi yang sesuai diharapkan dapat membantu anak-anak, khususnya yang mengalami Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi dengan kecenderungan postur kifosis. Demonstrasi latihan pemanasan pun turut dilakukan untuk membantu menstimulasi postur leher yang tegak sebagai persiapan sebelum kegiatan belajar dimulai.
Materi ini berlandaskan konsep Universal Design for Learning (UDL), pendekatan pendidikan yang fleksibel dan inklusif. Dengan mengikuti prinsip ini, diharapkan proses pembelajaran di SLB YPAC dapat menciptakan pengalaman yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan individual setiap ABK.
